Sistem komunikasi yang
berlaku sekarang adalah sebagai produk ( hasil ) peristiwa – peristiwa
masa lampau sebagai kiprah dan cucuran keringat nenek moyang bangsa indonesia,
seperti candi-candi, tulisan- tulisan, prasasti-prasati itu semua untuk
menggambarkan proses dan sistem komunikasi yang terjadi. Dalam kajian
komunikasi peninggalan-peninggalan sejarah itu berguna untuk : memahami proses
komunikasi yang berlangsung pada zaman kerajaan, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
proses komunikasi zaman kerajaan dan memahami media yang di gunakan.
Kerajaan kutai dan tarumanegara adalah arus imformasi mengalir secara vertikal
tanpa arus balik dari bawah ke atas ( dari rakyat kepada raja ) komunikasi
berupa perintah perintah raja yang berisi larangan dan kewajiban, dengan
demikian untuk lebih jelasnya diperlukan rumusan masalah, bagaimanakah bentuk
sistem komunikasi yang terjadi di kerajaan? dan bagaimanakah bentuk kerajaan
yang memegang sistem komunikasi nasional?
Dari karakteristik yang muncul dari kerajaan tersebut yaitu kutai dan
tarumanegara tidak bisa di klasifikasikan sebagai suatu sistem komunikasi,
suatu sistem komunikasi memerlukan: integritas sikap perilaku seluruh penyelenggara
sistem, tatanan birokrasi, berfungsinya feedback sebagai input, toleran
terhadap sistem luar dan cukupnya rujukan masyarakat. Dengan demikian kerajaan
itu tidak di angkat sebagai sistem komunikasi.
Kerajaan maritim dan
dan agraris lebih terbuka sistem komunikasinya dari pada kerajaan kutai dan
tarumanegara yakni terbukti dari sikap rakyat terhadap penguasa ( raja ) cukup
resfect. Dalam kerangka sistem komunikasi nasional terciptanya sistem
komunikasi dengan menggunakan fasilitas satelit, setidaknya belajar dari
abstraksi-abstraksi sejarah bangsa indonesia, profil maritim ini merupakan
parasistem komunikasi nasional dalam kemaritiman.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan
pendekatan deskriptif analitik, supaya selain dalam bentuk penjabaran tapi
perlu juga menganalisis dari kerajaan yang terjadi.
Untuk mencapai sistem komunikasi nasional dalam sebuah kerajaan adalah harus
ada timbal balik atau feedback dari masyarakat, inilah yang sering di abaikan
didalam kerajaan, misalnya kerajaan kutai dan tarumanegara, bahkan kerajaan
mataram kurang mengembangkan sistem feedback yang berasal dari rakyat
komunikasi yang terjadi lebih bersifat satu arah, sedangkan pada kerajaan
majapahit proses komunikasi mengalir menurut struktur birokrasi secara
berjenjang sampai ke objek sasaran yaitu rakyat kerajaan adanya arus bolak
balik tapi tidak langsung ke pusat kerajaan, namun di salurkan melalui
raja-raja daerah sementara kerajaan mataram II cenderung mengarah ke
demokratisasi komunikasi, komunikasi berkembang bebas dan terbuka baik secara
vertikal maupun horizontal, rakyat dapat menyatakan pendapat, kehendak dan
aspirasinya walaupun dalam batas-batas tertentu sesuai dengan etika dan sopan
santun menurut ajaran islam.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa sistem komunikasi nasional
dapat berlangsung apabila adanya integritas sikap perilaku seluruh
penyelenggara sistem, tatanan birokrasi yang teratur, berfungsinya feedback,
toleran , cukupnya rujukan masyarakat. Dari sekian yang di jelaskan tadi
dapat di simpulkan dari kerajaan-kerjaan itu adalah kurangnya berfungsi arus bolak-balik
( feedback ) dari kerjaan kepada rakyat.
1.
Pendekatan psikologi sosial
Pendekatan psikologi
sosial ini sebetulnya lebih di dominasi oleh para penganut paham fungsionalis
yang menekankan pendekatan yang bersifat etik ( bernando Attias, 2000 ). Kata
dia, metode etik secara umum menyelidiki suatu objek penelitian dari pandangan peneliti
sendiri atau pandangan dari “luar” lingkungan sasaran penelitian.
Pendekatan ini memandang bahwa hanya peneliti yang benar- benar bebas dan
berada di luar lingkungan sasaran penelitian, akan melakukan penelitian dan
mengahasilkan kesimpulan yang obyektif. Bahwa realitas eksternal seorang
penelitilah yang akan mampu mendorong dia untuk meneliti dan meramalkan
perilaku tertentu dari sasaran penelitian.
2.
Pendekatan sejarah
Riwayat perkembangan komunikasi antar manusia adalah
sama dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Nordenstreng
dan varis ( 1973 ) dalam ( Nasution, 1989: 15 ), ada titik penentu yang utama
dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu :
1) Di
temukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia
2) Berkembangnya
seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia menggunakan bahasa .
3) Berkembangnya
kemampuan reproduksi kata –kata tertulis ( writem word ) dengan menggunakan
alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi masa yang sebenarnya.
4)
Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi
hingga satelit.
Berkembangnya keempat
titik penentu dalam sejarah komunikasi merupakan puncak prestasi peradaban umat
manusia, mengungguli siapa pun makhluk tuhan di alam jagat raya. Dari empat
titik ini kemudian manusia berkembang bersama semua aspek kehidupan manusia
yang membedakannya dengan makhluk lainnya, yaitu:
(1) manusia mampu
berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa dan simbol-simbol
visual lainnya. Dalam teori interaksi simbolis, di katakan bahwa bentuk
interaksi manusia semacam ini merupakan bentuk interaksi terumit dan tercanggih
yang pernah di miliki makhluk mana pun di bumi.
(2) manusia mampu
menafsirkan bahasa dan simbol-simbol berdasarkan persepsi orang lain. Kemampuan
ini merupakan puncak dari kemampuan akal dan nurani manusia yang tidak pernah
di berikan tuhan makhluk apapundi dunia dan dalam tata galaksi manpun di alam
raya ini.
(3) Manusia mampu
belajar meneyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya serta menciptakan dan
menggunakan alat (teknologi ) yang di perlukan dalam mengatasi lingkunganya.
A.
Telusuran sejarah
Berkat ketekunan,
keuletan dan kecermatan ahli-ahli sejarah dan ahli purbakala maka
peninggalan-peninggalan sejarah telah memunculkan berbagai imformasi yang dapat
di jadikan rujukan dalam penelitian berbagai disiplin ilmu sosial, yang
menggunakan pendekatan sejarah termasuk dalam disiplin ilmu komunikasi.
Peninggalan sejarah
berupa prasasti, candi-candi, benda-benda pusaka dan tulisan-tulisan dalam
kulit atau kain yang tersimpan di museum-museum memberi imformasi tentang
perilaku-perilaku individu manusia di masa lampau, karena hakikat sejarah tidak
lain adalah peristiwa-peristiwa masa lampau sebagai produk perilaku
individu-individu yang menduduki posisi menentukan di dalam kehidupan bernegar.
Pada jaman kerajaan tua biasanya dialamatkan kepada para raja dengan segala
atribut kekuasaan yang melekat pada diri raja.
Dalam kajian
komunikasi peninggalan-peninggalan sejarah berguna untuk:
1.
Memahami proses komunikasi yang berlangsung pada jaman kerajaan.
2.
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi jaman kerajaan.
3.
Memahami media yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut.
B.
Pendekatan sejarah budaya
Sistem Komunikasi
Indonesia sangat erat kaitannya dengan Sistem Sosial Budaya Indonesia yang
merupakan cerminan kehidupan masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka.
Banyak fenomena komunikasi di Indonesia yang setelah ditelusuri, selalu saja
ada keterkaitan terhadap latar belakang budaya. Manusia sebagai pelaku budaya
memiliki realitas psikis yang dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaannya
yang tercermin dari ekspresi sikap dan tingkah lakunya. Suatu kebudayaan baik
dalam bentuk material maupun nilai dimiliki oleh suatu komunitas sosial
tertentu yang memberikan ciri identitas kepadanya, sehingga individu yang
berada dalam komunitas sosial tersebut memiliki identitas yang seragam walaupun
mungkin intensitasnya berbeda-beda.Keadaan inilah yang pada gilirannya akan
dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan timbullah keserasian bahkan dapat
pula menciptakan stabilitas.
Perbedaan latar belakang kultur memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Dalam proses komunikasi; objek yang menghubungkan pihak yang berkomunikasi adalah pesan.
Perbedaan latar belakang kultur memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Dalam proses komunikasi; objek yang menghubungkan pihak yang berkomunikasi adalah pesan.
Penafsiran terhadap
pesan dapat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan suatu pola tertentu agar
dapat membentuk suatu gambaran yang sama terhadap suatu objek. Realitas sosial
yang mempunyai sistem dan tata nilai yang jelas merupakan salah satu tujuan
kegiatan komunikasi sesuai dengan pandangan hidup yang mendasari filsafat suatu
bangsa. Hal ini baru akan terjadi bila proses komunikasi yang terjadi memenuhi
beberapa unsur untuk sampai kepada realitas sosial tertentu.
Perkembangan dunia
industri dan teknologi komunikasi dewasa ini, khususnya dalam kajian komunikasi
massa memiliki implikasi khusus dalam menciptakan masyarakat yang well informed
(peka informasi). Bahkan dengan munculnya media-media baru, banyak budaya luar
yang masuk ke Indonesia tanpa mengalami filterasi terlebih dahulu. Misalnya
saja fenomena perwajahan media cetak Indonesia yang semakin hari semakin bebas
berekspresi dengan tak luput dari sentuhan-sentuhan sensualitas bahkan secara
ekstrim mungkin telah mengarah pada pornografi. Hal ini tentu saja bertentangan
dengan latar belakang budaya dan agama, khususnya budaya yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai agama Islam, seperti adat Aceh, Jawa, Minang, Melayu,
dan lain-lain. Dalam adat Jawa mungkin ada pakaian kemben yang dalam
aplikasinya menitikberatkan pada budaya sopan-santunnya/tatakrama.
Sementara dalam soal
berbusana, saya menganut paham Islam yakni agama saya, yang mewajibkan kaum
perempuan untuk berpakaian sopan, bahkan menutup seluruh tubuhnya kecuali muka
dan telapak tangan. Pers bebas di Indonesia sedikit banyak berpotensi untuk menggeser
norma-norma ketimuran Indonesia yang identik dengan sopan-santun budaya Jawa.
Oleh karena itu, fenomena keterlibatan media massa di Indonesia perlu ditelaah
dan diputuskan solusinya agar tidak melanggar norma-norma agama dan budaya
bangsa yang telah tercantum di dalam Pancasila yang akan menjadi prasyarat demi
terbentuknya Sistem Komunikasi Indonesia yang baik.
Selain itu, mengutip dari tulisan seorang Staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi 'Pembangunan' Medan dan Program Pascasarjana IAIN-SU Bidang Studi Komunikasi Islam, H. Kosky Zakaria dalam WASPADA Online Rabu, 19 September 2007 01:00 WIB. Ia mengatakan, budaya juga dapat mempengaruhi komunikasi dan bahasa karena penggunaannya yang berbeda pada masing-masing suku.
Selain itu, mengutip dari tulisan seorang Staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi 'Pembangunan' Medan dan Program Pascasarjana IAIN-SU Bidang Studi Komunikasi Islam, H. Kosky Zakaria dalam WASPADA Online Rabu, 19 September 2007 01:00 WIB. Ia mengatakan, budaya juga dapat mempengaruhi komunikasi dan bahasa karena penggunaannya yang berbeda pada masing-masing suku.
Para pakar komunikasi
terutama dalam hal komunikasi antarmanusia selalu melihat budaya sebagai titik
tolak bagi orang-orang atau individu saat melakukan komunikasi sesama manusia
yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda. Penggunaan bahasa sebagai
sarana komunikasi juga kuat dipengaruhi oleh budaya masing-masing individu yang
terlibat baik sebagai komunikator maupun komunikan. Para ahli komunikasi dalam
hal penggunaan bahasa berkata bahwa 'bahasa bisa memenjarakan kita, namun
bahasa juga bisa membebaskan kita.' Bahasa merupakan atau dapat dianggap alat
interaksi dalam kehidupan kita. Bahasa memberi kerangka yang akan memberikan
harapan-harapan kepada kita dan dengan demikian menimbulkan persepsi bagi para
individu yang terlibat dalam komunikasi itu sendiri.
Sementara itu, bahasa
dan komunikasi lisan bisa menciptakan kesalahpahaman atau salah mengerti, salah
tanggap, namun bahasa lisan ini pun ada baiknya pula, yaitu dapat
mengklarifikasi kesalahpahaman yang terjadi. Kita maklum bahwa setiap bahasa
bisa dikatakan sebagai merefleksikan sistem yang menurut kita logis dan masuk
akal. Bahasa sebagai suatu sistem simbol atau lambang bisa berubah kalau
berkaitan dengan ide, perasaan, pengalaman, peristiwa dan fenomena lainnya dan
dipengaruhi oleh aturan-aturan yang berlapis-lapis yang dikembangkan oleh
masyarakat tertentu. Sebagaimana dinyatakan oleh ahli bahasa, bahwa bahasa
manusia ini disusun atau ditata berdasarkan pada sekumpulan aturan yang
disepakati, seperti fonologi (berkaitan dengan bunyi), morfologi (berkaitan
dengan bentuk kata), sintaksis (berkaitan dengan penyusunan kata-kata menjadi
suatu kalimat), kemudian semantik (berkenaan dengan arti kata), serta terakhir
apa yang dinamakan pragmatis (memandang sesuatu menurut kegunaannya).
Kesimpulannya,
sebagaimana dinyatakan oleh para ahli komunikasi yang menyatakan bahwa suatu
komunikasi bisa berjalan dengan baik dan sempurna, masing-masing pihak
seyogianya berada dalam suasana saling memahami dan mengerti apa yang
dikomunikasikan. Komunikator dan komunikan, kata pakar komunikasi, berada pada
sikap yang saling menghargai karena masing-masing pihak memahami pula
latarbelakang budaya masing-masing peserta komunikasi. Oleh karena itu, sistem
komunikasi haruslah memperhatikan keberadaan budaya sebagai tatanan kehidupan
bangsa agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam berkomunikasi lintas budaya.
C.
Sejarah perkembangan jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi
tidak dapat di pisahkan dengan penemuan metode penelitian sosial dengan
menggunakan data sosio metri dalam sistem jaringan sosial. Metode sosio metri
ditemukan oleh Moreno, merupakan metode baru di kalangan sosial dan bermaksud
untuk meneliti “ intra-group-relations” atau saling hubungan antara
anggota kelompok di dalam suatu kelompok ( Gerungan, 1983 ).
Dalam tradisi
penelitian komunikasi, penelitian terhadap jaringan atau unsur-unsurnya dapat
ditelusuri cukup jauh ke belakang. Salah satu langkah pertama yang mengarah ke
penelaahan jaringan komunikasi adalah rangkaian peneltian yang di kembangkan
pada awal 1950-an oleh Bavelas, terhadap pola komunikasi dalam kelompok kerja.
Walaupun mereka membatasi daripada kelompok kecil ( small group) yang
diteliti dalam kondisi eksperimen, mereka merupakan orang-orang yang pertama
memperkenalkan konsep-konsep jaringan ( seperti centrality, perpherality
, dsb.) ke dalam bidang komunikasi ( Alwi Dahlan, 1979).
Kemudian Lazarsfeld (
1944 ) dan Kat menganalisis jaringan komunikasi yang menyangkut arus informasi
berlangsung. Mulanya mereka mempelajari arus dua langkah ( two step flow
) dan kemudian yang berlangkah ganda ( multistep). Berbeda dari
penelitian kelompok Bavelas, kelompok ini menelaah penyebaran komunikasi pada
masyarakat luas dalam keadaan yang sebenarnya.
Dari pengalaman-
pengalaman rangkaian penelitian jaringan komunikasi sosial tersebut menampakkan
bahwa teori komunikasi memperlihatkan perkembangan. Di mana hampir 40 tahun
teori komunikasi jarum hipodermik menunjukkan keperkasaanya. Walaupun analisis
jaringan komunikasi sebenarnya bukan sesuatuyang baru dalam ilmu-ilmu sosial.
Sekitar 40 tahun yang lalu, antropolog Evans Prutchard telah menliti rangkain
hubungan kekrabatan dalam organisasi politik Nuer dengan metodologi yang
menyerupai analisi jaringan ( Dahlan, 1979 ).
Sekitar waktu itu
pula, Moreno meletakkan dasar-dasar analisis jaringan ketika memperkenalkan
sosiometri yang kemudian berkembang lebih luas hingga di gunakan untuk
keperluan peneltia-penelitian komunikasi.
D.
KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES BUDAYA
Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan sesuatu
proses budaya.artinya,komunikasi yang ditujukan kepada orang atau kelompok lain
tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan.misalnya,anda berkomunikasi dengan
suku aborigin australia,secara tidak langsung anda sedang berkomunikasi
berdasarkan kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerjasama atau
mempengaruhi kebudayaan lain.
Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur
kebudayaan,satunya adalah bahasa.sedangkan bahasa adalah alat komunikasi.dengan
demikian,komunikasi juga disebut sebagai proses budaya.
Guna melihat lebih jauh tentang komunikasi sebagai
proses budaya,kita perlu mengkaji secara ringkas apa itu budaya dan
kebudayaan,agar mempunyai kerangka pemikiran dan konsep yang sama.sebab
definisi kebudayaan(cultural)sangat banyak.AL Kroeber dan C Kluckhlon
dalam bukunya Cultural, A Critical Review of Concept and Definition(1952)pernah
menghitunga ada sekitar 179 definisi kebudayaan.
Kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan hasil karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar,beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya(koetjaraningrat
1952).dari definisi tersebut layak di amati bahwa dalam kebudayaan itu
ada;gagasan,budi dan karya manusia.gagasan dan karya manusia itu akan menjadi
kebudayaan setelah sebelumnya dibiasakan dengan belajar.memandang kebudayaan
hanya dari segi hasil karyanya adalah tidak tepat.
Demikian juga melihat
sesuatu hanya dari gagasan manusia juga terlalu sempit,dengan kata
lain,kebudayaan menemukan bentuknya jika dipahami secara keseluruhan.
Apakah kebudayaan
hanya sekedar konsep?Tidak.paling tidak kebudayaan mempunyai wujud sebagai
berikut:
1)
Wujud sebagai suatu kompleks gagasan,konsep dan pikiran manusia
2)
Wujud sebagai suatu kompleks aktifitas
3)
Wujud sebagai benda.melihat wujud kebudayaan tertentu.
Secara operasional
bisa dilihat dari isi kebudayaan,yang bisa disebut sebagai cultural
universal meliputi:
1)
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia(pakaian,perumahan,alat rumah
tangga,senjaata alat produksi,transpor)
2)
Mata pencaharian hidup dan sistem-siste
ekonomi(pertanian,peternakan,sistem produksi,sistem
distribusi.
3)
Sistem kemasyarakatan(sistem kekerabatan,organisasi politik,sistem hukum dan
sistem perkawinan)
4)
Bahasa (lisan maupun tertulis)
5)
Kesenian(seni rupa,seni suara,seni gerak)
6)
Sistem pengetahuan
7)
Religi(sistem kepercayaan)(koentjaraningrat,1994
Semakin jelas kiranya kita memahami
kebudayaan,baik itu dilihat sebagai wujud atau isinya.lalu berposisi sebagai
apa manusia dalam kebudayaan?ada baiknya direnungkan perkataan Cliffford
Geertz(1992)yang mengutip pendapat Max Weber:”....manusia adalah hewan yang
terpintal pada jaring-jaring nilai....jaring-jaring tersebut adalah kebudayaan.
by
di susun oleh Tris Stuart Little dan saya mengucapkan terimakasi bnyak
by
di susun oleh Tris Stuart Little dan saya mengucapkan terimakasi bnyak
No comments:
Post a Comment